Firasat Abu Hanifah yang Menjadi Kenyataan

Firasat Abu Hanifah yang Menjadi Kenyataan
 Abu Yusuf merupakan salah seorang sahabat senior Imam Abu Hanifah. Beliau meriwayatkan hadits dari Al-A’masy, Hammam bin Urwah, Muhammad bin Ishaq, Yahya bin Sa’id, serta yang lainnya.

Abu Yusuf pernah bercerita, “Ayahku meninggal saat aku masih kecil. Lalu ibuku menyerahkanku kepada seorang pemutih baju. Aku sering melewati halaqah Abu Hanifah dan kemudian aku bergabung di dalamnya. Beberapa kali ibuku mengikutiku lalu menarik tanganku dari halaqah tersebut dan membawaku ke tukang pemutih baju. Namun, aku tidak menurutinya dan tetap datang lagi ke halaqah Abu Hanifah.

Hal itu berlangsung lama sampai ibuku berkata kepada Abu Hanifah, ‘Anak ini adalah anak yatim. Ia tidak memiliki apa-apa selain yang dimakan dari alat memintalku dan kamu telah merusaknya.’ Abu Hanifah berkata kepada ibuku, ‘Wahai ibu, anak ini adalah Faludzaj yang dicelup dengan minyak Fustaq, diletakkan di atas nampan dari batu permata biru’.”

Abu Yusuf melanjutkan, “Ketika aku memegang jabatan hakim—orang yang pertama kali mengangkatnya sebagai hakim adalah khalifah Al-Hadi. Ia adalah orang pertama yang dijuluki Qadhil Qudhât (hakimnya para hakim) di dunia karena ia berkuasa dalam masalah kehakiman di seluruh wilayah yang dikuasai oleh khalifah.

Suatu hari Harun Ar-Rasyid memberikan Faludzaj yang diletakkan di atas nampan yang terbuat dari batu permata biru. Ia berkata, ‘Makanlah, makanan ini tidak dibuat setiap waktu.’

‘Makanan apa ini wahai Amirul Mukminin?’ tanyaku.‘Ini adalah Faludzaj,’ jawabnya. Aku pun tersenyum dan Harun bertanya kepadaku, ‘Kenapa Anda tersenyum?’

Aku pun menjawab, ‘Tidak ada apa-apa, semoga Allah mengekalkan Amirul Mukminin.’

Ia berkata, ‘Kalau engkau berkenan, beritahu aku.’

Aku pun menceritakan kisah Abu Hanifah dan ucapannya. Khalifah Harun Ar-Rasyid berkata, ‘Sesungguhnya ilmu dapat mengangkat derajat seseorang dan memberi manfaat di dunia serta akhirat.’ ‘Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada Abu Hanifah karena ia telah melihat dengan mata hatinya tidak seperti ketika ia melihat dengan mata kepalanya.’ Sambung khalifah.”

Abu Yusuf pernah berkata, “Aku telah menemani Abu Hanifah selama tujuh belas tahun. Dunia juga telah dilimpahkan kepadaku selama tujuh belas tahun pula dan sepertinya ajalku sudah dekat.” Beberapa bulan kemudian ia meninggal.

0 Response to "Firasat Abu Hanifah yang Menjadi Kenyataan"

Posting Komentar

close
==[ Klik disini 1X ] [ Close ]==